IKLAN VIDEO LIST

OKEGAS.ID, Tanjung Redeb – Pemerintah Kabupaten Berau, melalui kolaborasi antara Dinas Perkebunan (Disbun) dan Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoprindag), serius mendorong hilirisasi komoditas kakao.

Kepala Disbun Lita Handini mengatakan saat ini, telah disepakati pengembangan hilirisasi kakao di tiga wilayah potensial.

“Kerja sama antara Dinas Perkebunan dan Diskoprindag membagi tugas. Dinas Perkebunan bertanggung jawab untuk kegiatan dari tanam hingga panen, sampai menjadi biji kering,” ucapnya Rabu (5/11/2025).

Kemudian kata dia setelah biji kering tersedia, proses pengolahan akan ditangani oleh Diskoprindag, berbeda dengan sebelumnya di mana Dinas Perkebunan juga membantu pengadaan alat pengolahan.

“Pembagian tugas ini bertujuan agar beban kerja lebih ringan dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (topoksi) masing-masing dinas,” ungkapnya.

Sebab menurutnya ada tiga wilayah yang disepakati untuk pengembangan hilirisasi kakao yaitu Labanan Makarti.

“Labanan Makarti di kampung ini, sudah terdapat pabrik pengolahan kakao Kulanta.

Suaran melalui Diskoprindag juga membangun pusat pengelolaan industri cokelat di Suaran,” bebernya.

Pada satu sisi dirinya menjelaskan pemilihan Suaran didasarkan pada pertimbangan karena memiliki luasan kebun kakao paling luas di Berau, yakni 270 hektar.

“Lalu ada Kampung Merasa juga sedang dalam proses pengembangan hilirisasi.

Merasa sebagai ikon Cokelat Berau

Khusus untuk Kampung Merasa,” imbuhnya.

Sebab bagi dia pengembangan hilirisasi ini sangat strategis karena Merasa sudah menjadi ikon cokelat di mata masyarakat.

“Kalau orang tahunya cokelat itu mana.  Cokelat Merasa,” ucapnya.

Meskipun ia akui saat ini bukan hanya Merasa yang punya kakao. Popularitas Merasa sebagai ikon diharapkan menjadi modal besar untuk dijadikan produk unggulan atau “produk kampung cokelat Merasa”.

“Saat ini, sedang diupayakan terealisasinya pembelian alat-alat pengolahan kakao untuk Merasa,” tegasnya.

Ia sudah mengarahkan kepala Kampung Merasa bahkan telah melakukan penjajakan ke Jember untuk pembelian alat tersebut, rencananya menggunakan dana dari FCPF (Forest Carbon Partnership Facility).

“Pemerintah Kabupaten Berau, khususnya Bupati, berharap cokelat Berau dapat menjadi suvenir yang bisa disuguhkan kepada wisatawan yang datang ke Berau,” imbuhnya.

Meskipun bagi dia di hulu (produksi) masih menghadapi tantangan seperti terbatasnya produksi dan komoditas masih menjadi rebutan.

“Pengembangan hilirisasi ini diharapkan dapat mendorong sektor hulu agar produksinya juga meningkat,” pungkasnya. (ADV/ant)