IKLAN VIDEO LIST

Kukar — Pemerintah Desa Perjiwa, Kecamatan Tenggarong Seberang, terus memusatkan perhatian pada penanganan stunting, meskipun jumlah kasus tercatat mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir.

Meski bukan termasuk angka yang mengkhawatirkan secara statistik, desa tetap memperlakukan isu ini sebagai prioritas, dengan pendekatan kolaboratif yang menjangkau langsung masyarakat. Edukasi dan intervensi dilakukan melalui sinergi antara pemerintah desa, Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM), serta kader Posyandu.

“Stunting masih ada, tapi sudah jauh menurun. Itupun belum semuanya dikategorikan stunting karena butuh pemeriksaan lebih lanjut,” jelas Sekretaris Desa Perjiwa, Juharto, saat diwawancarai, Rabu (23/07/2025).

Pihak desa juga mencatat masih ada sebagian warga yang enggan mengakui kondisi anaknya karena faktor malu atau kurangnya pemahaman. Untuk menjawab tantangan ini, para kader tak segan melakukan pendekatan dari rumah ke rumah.

“Kadang orang tua merasa malu kalau anaknya disebut stunting. Padahal belum tentu. Bisa jadi anaknya hanya bertubuh kecil karena faktor keturunan. Itu yang coba kami luruskan. Kalau mereka tidak datang ke Posyandu, para kader langsung menjemput ke rumah,” ujarnya.

Edukasi menjadi bagian penting dari strategi. Salah satu pesan yang sering disampaikan adalah bahwa stunting bukan sekadar soal berat badan atau tinggi badan, tapi menyangkut perkembangan secara menyeluruh yang memerlukan pemantauan sejak dini.

Pemerintah desa juga mengupayakan agar layanan Posyandu terus berjalan dengan maksimal, dengan kehadiran warga yang kini mencapai 90 persen, terutama dari kelompok lansia dan ibu dengan balita. Upaya ini menjadi indikator bahwa masyarakat mulai menyadari pentingnya pemeriksaan rutin bagi tumbuh kembang anak.(Adv)