IKLAN VIDEO LIST

OKEGAS.ID, Tanjung Redeb – Ketahanan pangan dinilai bukan sekadar urusan produksi, tetapi juga menyangkut akses, distribusi, stabilitas harga, serta kelestarian lingkungan. Tantangan ini semakin kompleks karena Berau tengah menghadapi proses transisi ekonomi dari ketergantungan pada sektor pertambangan menuju ekonomi hijau dan berkelanjutan, yang bertumpu pada pertanian dan pariwisata.

Plt. Asisten II Setda Berau Warji menegaskan, ketahanan pangan harus menjadi prioritas utama dalam arah pembangunan daerah. Menurutnya, Berau memiliki potensi besar di sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan, namun potensi tersebut tidak akan berarti tanpa tata kelola yang baik dan sumber daya manusia yang mumpuni.

“Dalam transisi ekonomi yang sedang dijalankan, kita harus berani bertransformasi dari sekadar penghasil bahan mentah menjadi daerah pengolah dan pemasok produk pangan bernilai tambah tinggi,” ujarnya.

Ia mendorong penerapan teknologi pertanian modern, digitalisasi rantai pasok, serta penguatan kelembagaan kelompok petani agar produksi pangan menjadi lebih efisien dan berdaya saing. Selain itu, akses pembiayaan dan sinergi lintas sektor juga perlu diperkuat agar hasil kajian dan inovasi di bidang pangan benar-benar dapat diterapkan di lapangan.

Warji menilai, keberhasilan transisi ekonomi akan sangat bergantung pada fondasi pangan yang kuat. “Masyarakat yang tangguh pangan adalah masyarakat yang tangguh menghadapi guncangan ekonomi. Pangan bukan hanya kebutuhan dasar, tetapi simbol kedaulatan daerah,” tegasnya.

Ia juga mendorong munculnya gerakan bersama menuju kemandirian pangan di Berau. “Setiap kebun, setiap kolam, setiap lahan pekarangan harus menjadi bagian dari upaya besar membangun ketangguhan pangan di Bumi Batiwakkal,” katanya.

Menurutnya, ketahanan pangan yang kokoh bukan hanya menopang ekonomi, tetapi juga menjadi pondasi keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat. (*/div)