OKEGAS.ID, Tanjung Redeb – Beberapa objek wisata di Bumi Batiwakkal ramai dikunjungi wisatawan selama libur Lebaran sepekan terakhir. Namun muncul persoalan yang jadi sorotan.

TS Poll - Loading poll ...
Coming Soon
Masyarakat Memilih, Siapa yang Layak Memimpin Berau 2025-2030?
{{row.Answer_Title}}
  • {{row.tsp_result_percent}} % {{row.Answer_Votes}} {{row.Answer_Votes}} ( {{row.tsp_result_percent}} % ) {{ tsp_result_no }}
VS VS

Mulai dari retribusi masuk objek wisata yang dianggap terlalu tinggi, hingga persoalan pemadaman listrik yang sempat terjadi di Pulau Derawan, salah satu objek wisata andalan Kabupaten Berau.

Terkait penarikan tiket masuk sebesar Rp 30 ribu di salah satu bagian pantai yang di Pulau Derawan, Kepala Dinas Pariwisata Berau Iliyas Nasir menyebutkan bahwa persoalan itu sudah diluruskan dan sudah ditangani oleh pemerintah kampung setempat.

“Kami telah berkoordinasi dengan kepala kampung setempat,” ujarnya, Selasa (16/4).

TS Poll - Loading poll ...
Coming Soon
Masyarakat Memilih, Siapa yang Layak Memimpin Berau 2025-2030?
{{row.Answer_Title}}
  • {{row.tsp_result_percent}} % {{row.Answer_Votes}} {{row.Answer_Votes}} ( {{row.tsp_result_percent}} % ) {{ tsp_result_no }}
VS VS

Informasi yang diperolehnya, pungutan masuk ke salah satu sudut pantai di Pulau Derawan dilakukan oleh pihak resor tanpa sepengetahuan pihak kampung

“Kepala kampung menyampaikan tidak ada kesepakatan dan tidak ada rekomendasi dari kampung,” ujarnya.

Karena itu agar tidak muncul persoalan, pihak kampung berinisiatif membuka jalan baru menuju pantai. Sehingga wisatawan bisa menggunakan jalan alternatif itu tanpa retribusi.

“Kalau retribusi yang Rp 30 ribu itu tanpa sepengetahuan kami. Artinya dilakukan sepihak. Kami mengimbau siapapun melakukan penarikan harus didasari aturan, kalau tidak berarti tidak jelas,” imbuhnya.

Sementara Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau, Samsiah Nawir, menyebut hanya karena kesalahpahaman. Namun hal itu bisa ditangani dengan edukasi kepada masyarakat dan wisatawan.

Misalnya, kasus penarikan tiket masuk di salah satu pantai Pulau Derawan. Hal ini sudah diluruskan dan sudah ditangani oleh pemerintah kampung setempat. Setiap musim libur Lebaran, ia mengungkapkan pantai tersebut menjadi objek kunjungan wisatawan. Namun, kurangnya kesadaran masyarakat dan wisatawan yang datang, menyebabkan setiap musim liburan, wilayah pantai dipenuhi oleh sampah.

“Sehingga mereka (pengelola, red) inisiatif tarik tiket masuk untuk menjadi tambahan petugas kebersihan membersihkan wilayah pantai, meskipun menurut saya agak tinggi harganya,” ungkapnya.

Kemudian, adanya keluhan mengenai penarikan retribusi di Pemandian Air Panas Pemapak, Biatan, kata Samsiah, penarikan retribusi dilakukan sebagai kas jika sewaktu-waktu perlu dilakukan perbaikan. Sebab, akibat kunjungan sebelum dibuka secara resmi, beberapa fasilitas sudah mengalami kerusakan.

“Ada kaca pecah, retribusi ini lah yang akan digunakan untuk perawatan,” imbuhnya.

Kemudian, lonjakan harga kunjungan di Danau Dua Rasa Labuan Cermin, Bidukbiduk dinilainya hanya kesalahpahaman saja. Sebab, dengan tarif Rp 400 ribu, itu sudah mencakup tiket masuk, retribusi, asuransi dan akomodasi penyeberangan untuk 10 orang. Sehingga, tarif itu dirasa masuk akal jika per orang hanya dipatok Rp 40 ribu.

“Itu padahal sudah paket lengkap loh, sehingga saya kira ini hanya perlu komunikasi yang efektif saja,” pungkasnya.

Sementara itu, mengutip penjelasan Pokdarwis Desir Kampung Bidukbiduk mengenai tiket masuk seharga Rp 40 ribu, penjelasannya seperti ini:

Aktualnya pengunjung cukup membayar Rp 40 ribu sekali trip reguler (perahu berisi 10 orang). Tapi jika jumlah anggota kelompoknya kurang, pengunjung harus bersedia menunggu sampai terpenuhi 10 orang.

Namun jika maunya paket express, mau buru-buru, ogah menunggu yang lain, maka biaya perahu Rp 400 ribu tersebut terhitung carter dan wajib ditanggung pengunjung bareng rekan-rekan yang ada saja.

Dalam komponen pembiayaan tiket tsb terdapat 6 item yang harus disalurkan lagi yaitu :

1. Retribusi kabupaten

2. Sumbangan PAK ke Pemerintah Kampung Bidukbiduk

3. Beban gaji 13 karyawan Labuan Cermin

4. CSR untuk sosial dan lingkungan

5. Biaya operasional tim lapangan

6. Kas lembaga pengelola.

Di Labuan Cermin pengunjung bisa selfie sepuasnya, berenang sepuasnya, dikelilingi hutan hijau yang sejuk.

Dengan membeli tiket Labuan Cermin, Sobat Wisata sudah memberikan sumbangsih untuk pembangunan daerah, kampung, berkontribusi untuk kelestarian lingkungan, sosial, religi, dan juga masyarakat.

Kerennya lagi Sobat sudah ikut mempertahankan lapangan pekerjaan untuk karyawan yang berasal dari masyarakat lokal.

“Mari berkontribusi membangun Indonesia dengan membangun Desa Wisata. Banyak traveling ke destinasi wisata Berau ya, biar semua masyarakat sekitar desa wisata dapat efek berganda dari kehadiran pengunjung semua,” (*)