
Sawit Berau Dipacu ke Hilir, Disbun Ajak Petani dan Investor Bertransformasi
OKEGAS.ID, Tanjung Redeb — Pemerintah Kabupaten Berau, lewat Disbun Berau, mendorong transformasi sektor kelapa sawit dari sekadar produksi bahan mentah menjadi industri pengolahan yang memberi nilai tambah lebih besar. Langkah ini dianggap penting seiring tuntutan pasar dan regulasi nasional soal keberlanjutan dan nilai tambah komoditas perkebunan.
Kepala Disbun Berau, Lita Handini mengatakan bahwa trend nasional saat ini menekankan hilirisasi sawit yaitu memproses buah sawit menjadi produk akhir seperti minyak goreng dalam negeri, bukan hanya mengekspor CPO (Crude Palm Oil). “Kita harus adaptif. Hilirisasi memberi peluang bagi petani dan masyarakat lokal untuk mendapatkan manfaat ekonomi lebih besar,” ujarnya.
Menurut Lita, strategi ini meliputi pendekatan dua arah: menggalang investor untuk membangun fasilitas pengolahan di daerah, dan memfasilitasi petani sawit rakyat agar bisa masuk rantai produksi hilir. “Dengan hilirisasi, kita berharap bisa mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah, dan memperkuat ketahanan ekonomi lokal,” jelasnya.
Sebelumnya, Disbun sempat menyatakan bahwa tumpuan besar sektor sawit tidak bisa terus-menerus hanya pada produksi Tandan Buah Segar (TBS). Dengan harga TBS yang berfluktuasi, petani rentan terdampak. Oleh karena itu, pengolahan lokal dianggap sebagai opsi strategis untuk menstabilkan pendapatan.
Meski mendorong ekspansi industri hilir, Disbun Berau tetap menekankan pentingnya tata kelola yang bertanggung jawab. Kawasan hutan dengan nilai konservasi tinggi tetap harus dilindungi industri sawit tidak boleh mengorbankan kelestarian alam.
Di sisi lain, petani sawit rakyat juga diimbau untuk melengkapi administrasi seperti memiliki dokumen budidaya yang sah agar dapat mengikuti program sertifikasi dan agar hasil produksi bisa diolah secara legal.
Bila berhasil, transformasi ini diharapkan membuka peluang ekonomi baru: lapangan kerja di sektor industri, nilai tambah untuk hasil pertanian rakyat, peningkatan daya saing produk lokal, serta kontribusi pada ketahanan pangan dan energi nasional. Hal ini sejalan dengan kebijakan nasional yang menekankan peran sawit dalam kesinambungan ekonomo-lingkungan.
Lita menyatakan, meskipun tantangannya besar mulai dari investasi, regulasi, hingga adaptasi petani — momentum sekarang memberi harapan bahwa sawit Berau bisa “naik kelas”: tidak lagi mentah di hulu, tetapi membawa manfaat nyata bagi masyarakat dan pembangunan daerah. (ADV)


Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.