OKEGAS.ID, Tanjung Redeb – Kepala Kantor Urusan Penyelenggara Pelabuhan (KUPP) Kelas II Tanjung Redeb, Dedy Yuwono, mengonfirmasi bahwa pihaknya saat ini sedang memintai keterangan dari awak kapal, surveyor, dan master loading terkait insiden karamnya tongkang bermuatan batu bara milik PT Berau Coal di perairan Sungai Mantaritip. Kecelakaan terjadi pada Jumat malam, 18 Oktober 2024, dan berpotensi menimbulkan pencemaran sungai.

TS Poll - Loading poll ...
Coming Soon
Masyarakat Memilih, Siapa yang Layak Memimpin Berau 2025-2030?
{{row.Answer_Title}}
  • {{row.tsp_result_percent}} % {{row.Answer_Votes}} {{row.Answer_Votes}} ( {{row.tsp_result_percent}} % ) {{ tsp_result_no }}
VS VS

“Awak kapal, surveyor, dan master loading dalam proses dimintai keterangan terkait kejadian tersebut,” ungkapnya saat dihubungi media pada Senin (21/10/2024).

Insiden ini berlangsung sekitar pukul 20.30 WITA ketika tongkang berukuran 300 feet yang membawa sekitar 7.000 ton batu bara terbalik saat dalam perjalanan menuju muara Pantai. Menurut Kahar, salah satu kru kapal, tongkang tersebut sudah menunjukkan tanda-tanda bahaya sejak tahap pengisian di jetty PT Berau Coal.

“Dari jetty sudah mulai miring. Kami sudah mau kandaskan tongkang, tapi saat air pasang, kemiringan bertambah hingga akhirnya batubara tumpah,” jelasnya.

TS Poll - Loading poll ...
Coming Soon
Masyarakat Memilih, Siapa yang Layak Memimpin Berau 2025-2030?
{{row.Answer_Title}}
  • {{row.tsp_result_percent}} % {{row.Answer_Votes}} {{row.Answer_Votes}} ( {{row.tsp_result_percent}} % ) {{ tsp_result_no }}
VS VS

Video amatir yang beredar menunjukkan tongkang telah terbalik total di sekitar Pelabuhan Mantaritip dengan tidak ada muatan yang tersisa. Proses evakuasi telah dilakukan, namun tumpahan batubara dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap ekosistem sungai.

Insiden ini menambah daftar panjang kecelakaan pelayaran di Kabupaten Berau, yang semakin mengundang perhatian atas pentingnya standar keselamatan di jalur transportasi batubara.

Sementara itu, terkait dugaan batubara milik PT Berau Coal, kami telah melakukan upaya konfirmasi kepada Corporate Communication PT Berau Coal, Rudini. Namun hingga berita ini terbit belum ada memberikan jawaban.

Selain itu, bersumber dari website Kementrian Perhubungan RI Direktorat Jendral Perhubungan Laut j(hubla.dephub.go.id), insiden tenggelamnya tongkang Intan Kelana 23 terjadi setelah proses pemuatan batubara di Jetty Suaran, milik PT Berau Coal. Kejadian ini berlangsung pada Kamis, 17 Oktober 2024, pukul 23.25 wita saat tongkang tersebut memuat batubara dengan total cargo sebanyak 7.537,139 metrik ton (MT).

Proses pemuatan berakhir pada Jumat, 18 Oktober 2024, sekitar pukul 01.45 WITA. Namun setelah pemuatan selesai, kondisi tongkang dilaporkan dalam keadaan miring ke kiri. Surveyor yang berada di lokasi sudah memberikan informasi kepada Master Loading bahwa tongkang tersebut dalam kondisi miring dengan kemiringan mencapai 65 cm.

Meskipun demikian, proses pelepasan tongkang (cast off) dari jetty tetap dilanjutkan. Kemudian, sekitar pukul 06.00 WITA, kemiringan tongkang semakin bertambah parah. Kru kapal kemudian mengambil inisiatif untuk mengandaskan tongkang guna meminimalisir risiko lebih lanjut.

“Namun, muatan batubara yang tidak stabil mulai longsor, menyebabkan tongkang semakin miring hingga akhirnya tenggelam di posisi koordinat 02°01’1352″ N dan 117°48’0402″ E. Penyebabnya adalah karena proses pemuatan dengan kondisi kapal yang miring yang mungkin air masuk lewat Manhole,” dikutip dari website hubla.dephub.go.id dengan judul, tongkang intan kelana 23 tenggelam usai memuat batubara di jetty PT Berau Coal. (Tim)

Editor: Hardianto